Geologi Regional Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi Selatan
(Oleh Rab. Sukamto dan
Supriatna S. Tahun 1982)
PENDAHULUAN
Pemetaan geologi di Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Sulawesi Selatan, di laksanakan dalam rangka Proyek Pemetaan Geologi dan interpretasi Foto Udara, Pelita 1, oleh Subdirektorat Perpetaan, Direktorat Geologi (sekarang Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi). Semula pemetaan dilaksanakan secara tinjau dengan tujuan untuk melengkapi data geologi guna kompilasi Peta Geologi Regional sekala 1:1000.000 yang sekarang sudah terbit (Sukamto, 1975). Pemetaan tinjau dilakukan selama Agustus dan September 1971 oleh R. Sakamto. H. Sumadirdja, TS. Suriatmadja. KA. Astadiredja, dan dibantu oleh S. Hardoprawiro. D. Sudana, N. Ratman dan E. Titersole
Data geologi tinjau yang dihasilkan pada 1971 kemudian dilengkapi sejumlah
lintasan geologi yang lebih rapat, yang dilakukan dari September disusun menjadi
peta geologi ber sistem Luar Jawa, sekala 1:250.000.
Pemetaan
selama dilakukan oleh R Sukamto, S. Supriatna. A Yasin, Sukardi, dan dibantu
oleh Y. Noya. I. Umar. R. L. Situmorang, A. Koswara dan Sahardjo. Selama 1978
dan 1979 juga diperoleh data geologi setempat oleh R. Sukamto dan S. Santosa
yang dipakai untuk memperbaiki beberapa bagian dari peta geologi ini.
Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terletak antara kordiniat 119o 05’ - 120o
45’ BT dan 4o – 5o
LS; meliputi Daerah Tk. II
Kabupaten Maros, Pangkep, Barru Watansoppeng, Wajo, Watampone, Sinjai dan
Kotamadya Parepare: semuanya termasuk Daerah Tk. 1 Propinsi Sulawesi Selatan.
Lembar peta berbatasan dengan Lembar Majene-Palopo di utara, Lembar Ujung
Pandang, Benteng dan Sinjai di selatan, Selat Makasar d barat dan, Teluk Bone
di timur.
Daerah ini
mempunyai penduduk yang relatif lebih padat daripada bagian lain Sulawesi
Selatan bertempat tinggal di kota kabupaten dan kecamatan, penduduk terdapat di
desa dan kampung di sepanjang semua jalan utama yang menuju
ke
daerah pedalaman. Sebagian besar penduduk bertani sawan
sehingga membuat daerah ini penghasil padi yang utama di Sulawesi. Penduduk di
sepanjang pantai kebanyakan nelayan yang di kota kebanyakan berniaga atau jadi
karyawan. Kehidupan sosial di daerah ini mencerminkan kehidupan asli Sulawesi
Selatan. Seperti Bugis, Makassar, dan Bajo. Penduduk kebanyakan beragama Islam,
tetapi tetapi yang beragama Katoilik dan Protestan serta yang beragama lain hanya
sedikit.
Fisiografi
lengan selatan sulawesi yang berarah utara-selatan mempengaruhi keadaan
iklimnya. Seperti di daerah lndonesia yang lain, di sini pun ada dun musim,
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di bagian barat musim berbeda waktunya
dengan di bagian timur. Musim hujan di bagian barat berlangsung dari Nopember
sampai April, dan di
bagian timur dan Mei sampai Oktober. Hutan lebat hanya ditemukan di daerah berdongak tinggi, yaitu di pegunungan sebelah barat
dan timur. Daerah
berdongak rendah
sebagian besar daerah pertanian. Binatang liar sudah jarang ditemui
di daerah ini; yang terlihat hanya ular, kijang, anoang dan kera.
Daerah
pemetaan sangat mudah dicapai.
Hubungan udara yang pada 1971 antara Jakarta dan Makassar (sekarang Ujung
Pandang) hanya berlagsung beberapa kali dalam seminggu. sekarang telah berubah
jadi beberapa kali dalam satu hari Lapangan udara Ujung Pandang, Mandai,
terletak di bagian baratlaut Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai. Hampir seluruh
daerah pemetaan dapat dengan mudah dicapai dengan mobil. Semua kota kabupaten
dan sebagian dari kota kecamatan mempunyai hubungan jalan yang dapar dilalui
kendaraan mobil, jalan desa dan setapak dapat ditemukan hampir di seluruh
daerah ini.
Peta
dasar yang dipakai dalam pemetaan ini adalah peta topografi bersekala 1 :250.000. AMS Seri T-503,
1965, No SB 50-4 dan 51-1 yang juga dipakai sebagai peta dasar Kompilasi. Untuk lapangan dipakai peta topografi bersekala 1 : 50.000.
Di samping itu dipakai potret udara yang melingkupi bagian barat lembar, dan
sebagian dari bagian timur. Potret ini sebagiar besar bersekala 1 : 50.000.
selain yang bersekala 1: 10.000.
Penyelidikan
geologi sebelumnya di lembar ini dilakukan oleh Steiger (1915), t’Hoen &
Ziegler (1917). Sung (1948). Hooijer (1949) dan Patty & Wiryosujono (1962); yang terbaru di lakukan oleh van Leeuwen (1974).
GEOMORFOLOGI
Di
daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir
sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat
menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan
menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan
ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi.
Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras,
penceminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng barat
terdapat daerah pebukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini
di baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan
dari dataran di selatannya.
Pegunungan
yang di timur relatif lebih sempit dan
lebih rerdah, dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787
m. Juga pegunungan ini sebagian besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya
selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan
akhirnya menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian
utara pegunungan ini bertopografi kras yang permukaannya sebagian berkerucut.
Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian
timur.
Lembah
Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10
km. Di tengah tendapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara Bagian selatan
berupa perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang
sangat luas mengelilingi D. Tempe.
STRATIGRAFI
Kelompok batuan tua yang umurnya
belum diketahui terdiri dari batuan ularabasa, batuan malihan dan batuan
melange. Batuannya terbreksikan dan
tergerus dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar
atau ketidselarasan. Penarikhan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir
pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan
magma sudah mulai pada waktu itu
dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkandalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur
Kapur Akhir. Batuan sedimen
Formasi Malawa yang sebagian besar
dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch
Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa
ini secara berangsur beralih ke endapan
karbonat Formasi Tonasa yang
terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen
Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen
sampai Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan gunungapi
Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal bagian atas yang membentuk batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae di endapkan sedimen klastika
Formasi Walanae. Batuan itu
tebalnya sekitar 4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di
beberapa tempat (batugamping Anggota Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan
menjemari dengan bagian atas Formasi
Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen
Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi
Walanae. Kegiatan gunungapi yang
masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi Parepare
(4,25-4,95 juta tahan) dan Baturape-Cindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas,
bersusunan beraneka dari basal, andesit,
trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2 juta tahun.
Setelah Pliosen
Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga
tidak ada kegiatan gunungapi.
Endapan undak di utara Pangkajene dan
di beberapa tempat di tepi Sungai Walanae,
rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan
Holosen yang luas berupa aluvium
terdapat di sekitar D. Tempe, di dataran Pangkajene-Maros dan di bagian utara dataran
Bone.
Endapan
Permukaan
Qpt ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran
rendah bergelombang di sebelah utara
Pangkajene. Terutama berasal dari batua pra-tersier di sebelah timur
Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium
yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat dinasabahkan dengan endapan undak
di dekat sungai Walanae yang mengandung tulang gajah purba yang berumur
Plistosen; tidak terpetakan. Lempung, pasir dan kerikil yang tidak terpetakan
di daerah tata-sungai Walanae mungkin termasuk satuan ini.
Qc
TERUMBU KORAL : batugamping
terumbu, dibeberapa tempat di sepanjang pantai terangkat membentuk singkapan
kecil. Yang dipetakan hanya ditemukan di selatan Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke atas muka laut, melampar kira-kira
60 km di lepas
pantai ke arah barat, dan kira-kira 50 km di lepas
pantai ke arah timur di bagian selatan Lembar.
Qac ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN PANTAI: lempung, lanau. lumpur pasir dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe, dan di sepanjang pantai.
Endapan
pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc). Sisipan
lempung laut yang mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan
buncak besi terdapat di sekitar Danau Tempe (t’Hoen & Ziegler, 1915). Undak
sungai yang berumur Plistosen (tak terpetakan) di Kampung Sompoh, dekat Sungai
Walanae, mengandung tulang gajah purba yang dikenali sebagai Archidiscodon celebensis
(Hooijer, 1949).
Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi
Kb FORMASI
BALANGBARU : sedimen tipe flysch; batupasir berselingan
dengan batulanau, batulempung dan serpih bersispan konglomerat, batupasir
konglomeratan. tufa dan Lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa.
sebagian tufaan dan gampingan: pada umumnva menunjukkan struktur turbidit; di
beberapa tempat di temukan konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit.
serpih, tufa terkersikkan, sekis, kuarsa,
dan bersemen batupasir; pada umumnya padat dan sebagian serpih terkersikkan. Di
bawah mikroskop, batupasir dan batulanau terlihat mengandung pecahan batuan
beku.
metasedimen dan rijang radiolaria.
Daerah baratlaut mengandung banyak batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak
batulempung dan serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF
mengenali Globotruncana pada serpih -lanauan dari sebelah timur
Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara Padaelo Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis, 1979).
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m;
tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras Kompleks Tektonik Bantimala.
Km FORMASI MARADA (van Leeuwen. 1974): sedimen bersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit dan basal: lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot. Fosil Globotruncana dari batupasir gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur Kapur Akhir dan diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978). Formasi ini tebalnya lebih dari 1000 m.
Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir,
serpih dan batulempung. berselingan dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava,
batugamping dan napal, batulempung. serpih dan batupasir di beberara tempat
tercirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam
lapisan batugamping dan napal pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan
urat kalsit, sebagian serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuat dengan kemiringan antara
20° - 57°. penampang di Salo Kalupang
memperlihatkan lebih banyak konglomerat di bagian barat, dengan komponen
andesit dan basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap lebih banyak tufa
dan batupasir daripada
di SaLo Kalupang. Di timur
Samaenre terdapat lebih banyak singkapan
serpih daripada di tempat lain; batuannya berwarna coklat kemerahan dan kelabu berselingan dengan
batugamping berlapis (Teol) dan
batupasir.
Fosil foraminifera
yang dikenali oleh D. Kadar
(hubungan tertulis, 1971 dan 1974). dan lokasi A.29.b.
Tc.239.b dan
Tc.239.d yang, di antaranya Discocyclina javana (VERBEEK), Nummulites sp. , N. gizehensis FORSKAL.
V pengaronensis (VERBEEK),
Heterostegina sp, Catapsydrax
unicavus BOLLI-LOEBLICH-TAPPAN, Globorotalia opima BOLLI. Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita
BOLLI. Gn. tapuriensis BLOW & BANNER, Gn. venezuelana HEDBERG, ganggang dan lithothamnium. menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir.
Tebal satuan ini diperkirakan
tidak kurang dari 4500 m.
Tem FORMASI
MALAWA: batupasir, konglomerat,
batulanau. batulempung. dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung;
Batupasirnya
sebagian besar batupasir
kuarsa, ada pula yang arkosa,
grewake. dan tufaan, umumnya berwarna
kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat; konglomeratnya sebagian kompak;
batulempung. batugamping dan napal umumnya mengandung moluska yang belum diperiksa,
dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter dan
berupa lapisan sampai 1,5 m.
Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E - Scrutton, Robertson
Berdasarkan fosil
Ostrakoda dari contoh batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan, umur Eosen (DL.
Wolcort. USGS, hubungan tertulis. 1973). Fosil Ostracoda yang dikenali adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,. Cytberelloidea
sp,.1 Cytberelloidea sp.2 Cytboropteron sp.1
Cytboropteron sp.2,
Kritbinids sp,. Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp,. Pokornyella sp,.
Traciryleberis sp,. Dan xestoberis sp,.Tebal formasi ini
tidak kurang dari 400 m; tertindih selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak Selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.
Temt FORMAST TONASA : batugamping koral pejal sebagian terhablurkan. Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih coklat muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran; di dekat, Malawa, daerah Camba terdapat batugamping yang mengandung glaukonit, dan di beberapa tempat di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar.
Batugamping
pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur barugamping
berlapis.
Fosil dari batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan tertulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, hubungan tertulis, 1972),
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973,
1974), dan oleh Sudiyono
(hubungan tertulis, : 1973). Contoh batuan yang dianalisa dari lokasi:
A.46, A.112, B.28.b. B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, C.8, C51, D.30, Ta.72, Ta.79. Ta.81, Ta.90. Ta.131, Ta.134.d, Ta.186.a.
Ta.452, Ta.506. Tb.2. Tc.65.a. Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6, Td.20. Td.63, Td.70.
Td.101, Td.112, Td.116, Te.121,
Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An. matanzensis COLE, Biplanispira sp., Discocyclina sp., Nummulites
sp., N. atacicus LEYMERIE. N. pangaronensis (VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga D’ORBIGNY, Alveolinella sp., Orbitolites sp.,
Pellatispira sp., P. madaraszi HANTKEN, P.
orbitoidae PROVALE. P. provaleae
YABE, Spiroclypeus sp., S. tidoenganensis VAN DER VLERK. S. verinicularis TAN, Globorotalia sp., Gl. centralis CUSHMAN
& BERMUDEZ, Gl, mayeri CUSHMAN
& ELLISOR, Gl. obesa BOLLI, Gl
preamenardii CUSHMAN & STAINFORTH. Gl. siakensis (LE
ROY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. dehiscens (CHAPMAN-PARR COLLINS) Hantkenina alabamensis
CUSHMAN, Heterostegina sp., H. bornensis VAN DER
VLERK, Austrotrillina bowcbini (SCHLUMBERGER), Lepidocyclina
sp., L. cf.
Omphalus TAN, L. Ephippioides JONES, L,
sumatrensis (BRADY),
L. parva OPPENOORTH, Iniogypsina sp., Globigerina sp., G. venezuelana HEDBERG, Globigerinoides
sp., Gd. altiaperturus BOLLI, Gd. immaturus LE
ROY, Gd. Subquadratus BRONNI- MANN, Gd. trilobus (REUSS), Orbulina
bilobata (D’ORBIGNY). O. suturalis BRONNIMANN, O. universa
D’ORBIGNY, Opercuna sp., Amphistegina sp. dan
Cycloclypeus sp. Gabungan
fosil ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan lingkungan
neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tambahan pulah ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain. ganggang,
koral dan moluska dalam formasi
ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras batuan
Formasi Malawa, dan tertindih tak
selaras batuan Formasi Camba; diterobos oleh
sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal, trakit, dan
diorit.
Tmc FORMASI CAMBA : batuan sedimen laut
berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufaan berselingan dengan tufa,
batupasir, batulanau dan batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi gunungapi, dan
setempat dengan batubara, berwarna beraneka, putih , coklat, merah,
kuning, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya mengeras kuat dan
sebagian kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna, merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antan
2 cm dan 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir
gampingan mengandung pecahan koral dan moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan napal
mengandung foram kecil dan
moluska; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada umumnya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 30°.
Fosil dari Formasi Camba telah
dikenali oleh
D. Kadar
(hubungan tertulis. 1971, 1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan
tertulis, 1972), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh
batuan: B.27, B.73, B.134. C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182. Td.332,
dan
Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina cf. borneensis PROVALE. Lephippioides JONES & CHAPMAN. L. sumatrensis
(BRADY)
Iniogypsina sp., Globigerina venezuelana HEDBERG , Globorotalia baroemoenensis LEROY. Gl. mayeri CUSHMAN &
ELISOR,
Gl menardii (DORBIGNY. Gl lenguaensis
BOLLI. Gl. lobata BERMUDEZ. G.l obesa BOLLI, Gl. peripheroacuta BLOW & BANNER. Gl.
praemenardii
CUSHMANN
& STAINFORTH.
Gl. siakensis (LEROY) Globoqudrina
altispira (CUSHMAN JARVIS,, Gn dehiscens (CHAPMAN PARR-COLLINS) Globerinaoides
immaturus LEROY.
Gd.
obliquas BOLLI,
Gd. Sacculifer (BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN. Gd. Trilobus (REUSS), Orbulina universa D’ORBIGNY,
Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Operculina sp., Cycloclypeus sp.,
Hastigerina Praesiphonifera BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE), dan Sp. subdehiscens BLOW. Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Akhir
(N.9—N.15), dan lingkungan neritik.
Lagi
pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam formasi
ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah pantai.
Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung Pandang.Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal piroksen, andesit dan diorit.
Tmcv,
Anggota Batuan Gunungapi; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen
laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus
hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung
mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit
dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal
dan berlubang-lubang diterobos oleh retas, sill dan stok bersusunan basal
dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
Pemeriksaan
petrografi menunjukkan fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas
hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal
leusit (Subroto dan Saefuddin, hubungan
tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit, leusitit dan dasit (von
Steiger, 1913).
Penarikan
Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2
masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (ET.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974), dan
basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. vaan Leeuwen,
hubungan tertulis, 1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping
pasiran mengandung moluska dan sepaian
koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera.
Fosil yang
dikenali oleh
Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974) dari lokasi Td.7
dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (D’ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY). Gl. acostaensis BLOW, Gl. Cf. dutertrei, Globoquadrin.a altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides
extremus BOLLI.
Gd immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd. ruber (D’ORBIGNY) Gd.
sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Hastigerina aequilateralis (BRADY), dan Sphaerodinellopsis subdehiscens (BLOW). Baik gabungan fosil maupun data radiometri menunjukkan
jangka umur Miosen Tengah - Miosen Akhir.
Batuannya
sebagian besar diendapkan dalam
lingkungan laut neritik sebagai fasies
gunungapi Formasi Camba,
menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi
Malawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunungapi mengandung sepaian batugamping
seperti yang ditemukan di S. Paremba;
tebal diperkirakan tidak kurang
dari 4000 m.
Tmca : Basal
di sekatar G. Gatarang yang
dikelilingi tebing melingkar menyerupai kaldera, dan juga
di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan kandungan leusit.
Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping, batugamping tufaan,
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir
halus sampat kasar; putih, kelabu,
kelabu kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagian mengandung glaukonit: fosil terutama foraminifera, dan sedikit moluska dan koral.
Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan
tertulis, 1973) dan contoh batuan Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah: Lepidocyclina sp., L.
cf) omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON & HOLLAND),
Mogypsina sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDI-COMERCY),
Globorotalia sp., Gl. Mayeri CUSHMANN &
ELLISOR, Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. praemenardii CUSHMANN &
STAINFORTH. Gl praescitula BLOW, Gl.
siakensis (LEROY), Globorotaloides variabilis BOLLI, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. globosa BOLLI, Globigerinoides
sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd. subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Orbulina suturalis BRONNIHANN, O. universa
D’ORBIGNY, Hastigerina siphonifera
(D’ORBIGNY), Sphaeroidinellopsis kochi (GAUDRIE), Sp.
Seminulina (SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina sp.,
Cyclocypeus sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen
Tengah (Tf; N.9 - N. 13).
Tmpw FORMAS1 WALANAE : batupasir berselingan dengan
batulanau, tufa, napal, batulempung. konglomerat dan batugamping:
Sebagian memakas dan sebagian repih; umumnya
berwarna muda, putih keabuan,
kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir
berbutir halus sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri terutama dari sepaian batuan beku dan sebagian
mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya bertambah secara
berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu hingga lapili,
tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit. Konglomerat
ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan barat, tersusun terutama dari
kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah
karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi batugamping berkembang jadi
anggota Tacipi; di daerah sekitar Watampone ditemukan lebih banyak batugamping
pasiran berlapis yang berselingan dengan napal. batulempung, batupasir dan
tufa.
Fosil foram kecil banyak ditemukan
di dalam napal dan sebagian batugamping; setempat moluska ditemukan melimpah
di dalam batupasir, napal dan
batugamping; di daerah selatan setempat ditemukan ada tumbuhan di dalam
batupasir silangsiur dan beberapa lensa batubara di dalam batulempung; batutahu
ditemukan di dalam batupasir dekat Pampanua dan Sengkang, daerah utara.
Fosil foraminifera
yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973. 1974), oleh Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan
contoh batuan Ta.150. Ta.157, Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta.
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina sp., Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D’ORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa D’ORBIGNY, Hastigerina aequilateralis (BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina obiquiloculata
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina sp., Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D’ORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa D’ORBIGNY, Hastigerina aequilateralis (BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina obiquiloculata
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut
menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula ditemukan fosil-fosil
foraminifera yang lain, moluska, ganggang dan koral dalam formasi ini.
Satuan
batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur D. Tempe dan
sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan lapisan
kurang dan 15°, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan
kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi Parepare;
telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping koral dengan
sisipan batugamping berlapis, napal, batulempung, batupasir, dan tufa: putih,
kelabu muda, dan kelabu kecoklatan; sebagian sarang dan sebagian pejal.
setempat berstruktur breksi dan konglomerat; setempat mengandung banyak
moluska.
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi E.755 dan Ta. 157 adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp., Rotalia sp., dan Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat membentuk pebukitan kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang sejajar dengan pantai timur, yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi, batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi Walanae; tebal satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700 m.
Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPROPILITKAN : breksi, lava dan tufa. di bagian atas lebih banyak
tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava: umumnya bersifat andesit,
sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih merah dan batugamping;
komponen breksi beraneka, dari beberapa cm sampai melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang
dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan
terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat.
Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur
Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan umur 58,5 juta tahun (J.D. Obradovich,
hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan jejak belah
pada tufa dari bagian bawah Batuan Gunungapi Langi menghasilkan umur 63 + 2
juta tahun (T.M. van Leeuwen. hubungan tertulis
1978).
Satuan
ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan
yang tersingkap di Birru, di lembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai,
yang oleh van Leeuwen (1974) disebut batuan Gunungapi Langi; ditindih
takselaras oleh batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa; diterobos oleh
batuan granodiorit dan basal.
Tmkv
BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG : lava dan breksi, dengan sisipan tufa,
batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan sebagian andesit; kelabu tua hingga
kelabu kehitaman, umumnya tansatmata, kebanyakan terubah, amidaloid dengan
mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.
Satuan
batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan di timur lembah Walanae,
terpisahkan oleh lajur sesar dari
batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian baratnya
diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan
batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua dari Formasi
Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen
Bawah; dan tebalnya tidak kurang dari 4.250 m.
Tmsv BATUAN GUNUNGAPI
SOPPENG : breksi gunungapi dan lava, dengan
sisipan tufa berbutir pasir sampai
lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih
banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin
banyak ke arah selatan: sebagian lavanya berstuktur bantal
dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50 cm; warnanya kebanyakan kelabu tua
sampai kelabu kehijauan.
Batuan
gunungapi ini pada umumnya terubah
sangat kuat, amigdaloid dengan mineral
sekunder berupa urat karbonat dan silikat;
diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dan sil trakit dan andesit, dengan
arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir setebal 4.000
m, menindih takselaras batugamping
Formasi Tonasa dan ditindih; selaras batuan
Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv BATUAN
GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava
dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar ponfiri dengan
fenokris piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua
kehijauan hingga hitam; lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis; pada umumnva breksi
berkomponen kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa,
Dasit pasir sampai lapili, mengandung
banyak
sepaian piroksen. Satuan batuan ini
tebalnya tidak kurang dari 1250 m di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar ini menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin berumur Pliosen Akhir
Tppv SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan petrografi menunjukan andesit trakit, beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dan sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur dan sisa tumbuhan. Sebagian dari batuan, gunungapi ini di daerah timur terdiri terutama dari lava (Tppl), bersusunan trakit, mengandung banyak biotit. Satuan ini ditaksir setebal 500 m, menindih batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemari dengan bagian atas Formasi Walanae. Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri pada trakit dan tufa dari timurlaut Parepare (Lembar Majene-Palopo), yang masing-masing menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974)
Batuan Terobosan
gd GRANODIORIT
: terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan miksoskop batuannya terlihat mengandung felspar. kuarsa,
biotit, sedikit piroksen dan horenblenda, dengan mineral ikutan
zirkon, apatit dan magnetit;
mengandung senolit bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian
yang bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan
terobosan ini terdapat dibagian tenggara
Lembar, tersingkap luas di sekitar Birru, di lembar Ujungpandang,
Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi Marada (Km)
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan
(Tpv), tetapi tidak ada santuhan
dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan
jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun,
dan memberikan dugaan batuan terobosan
ini ditempatkan selama Miosen (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).
d DIORIT – GRANODIORIT : terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru menerobos batu pasir Formasi Balangbaru dan batuan
ultramafik;
terobosan yang terjadi di sekitar Camba sebagian terdiri dari
granodiorit porfir, dengan banyak
fenokris berupa biotit dan amfibol, dan menerobos batugamping Formasi Tonasa
dan batuan Formasi Camba.
Penarikhan
Kalium/Argon granodiorit dari timur Camba
(lokasi 8) pada biotit menghasiikan 9.03
juta tahun (J.D.
Obradovich, hubungan tertulis 1974).
t TRAKIT: terobosan trakit
berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar dengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih
keabuan sampai kelabu muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping Formasi Tonasa, dan di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi
Soppeng (Tmsv).
Penarikhan
Kalium/Argon trakit; dari barat
Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan :
pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada
biotit 10.9 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
b BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian putih tansatmata; berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar meniang bersegi enam, beberapa di antaranya bertekstur gabro.
Terobosan
basal di sekitar Tonasa membentuk sil di dalam batugamping Formasi Tonasa dan terobosan
yang terjadi di sekitar
Malawa kebanyakan membentuk retas dalam batuan Formasi Malawa.
Penarikhan
Kalium/Argon pada batuan basal dari
lokasi 7, di timur Tonasa 1, menunjukkan umur 17,7 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis.
1972).
Kompleks Tektonika Bantimala
Ub BATUAN ULTRABASA : peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesai naik ke arah baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dan 2500 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
s BATUAN MALIHAN : sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopik terlihat mineral di antaranya glaukofan, garnet, epidot,
mika dan klorit; di bawah mikroskop t’Hoent & Ziegler (1915) dan Subroto &
Saefudin (hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis glaukofan, eklogit, sekis
garnet, sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilit-aktinolit,
sekis muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas,
dan genes kuarsa-felspar; eklogit tidak ditemukan berupa singkanan,
melainkan berupa sejumlah bongkah
besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung grafit;, berwarna
kelabu, hijau, coklat dan biru.
Baruan
malihan ini umumnya berpendaunan miring ke arah timurlaut, sebagian terbreksikan, dan tersesarkan naik ke
arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di
sekitarnya. Penarikhan Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun (J.D. Obradovich. hubungan
tertulis, 1974).
m KOMPLEK MELANGE : batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake, breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung; himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timurlaut dan tersesarkan naik ke arah baratdaya; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 1750 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
TEKTONIKA
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya adalah sedimen flych Formasi Balangbaru dan Formasi
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi daratan
yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara
di dalam Formasi Malawa; sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut
dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan karbonat Formasi Salo
Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa
selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal
yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian
barat ini berlangsung sampai Miosen Awal,
sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama
Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng
(Tmkv dan Tmsv).
Akhir
kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban
Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae.
Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi
sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae
dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu
sesar Walanae yang seluruhnya nampak
hingga sekarang di sebelah
timur, dan sesar Soppeng yang hanya
tersingkap tidak menerus di sebelah
barat.
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur
kegiatan gunungapi terjadi hanya di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi
yang hampir merata dari selatan
ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut gunungapi
masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini, di antaranya Puncak Maros dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing melingkar mengelilingi G. Benrong, di
utara G. Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa suatu kaldera.
Sesar utama yang berarah
utara-baratlaut terjadi sejak Miosen
Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan
terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan mendatar berarah kira-kira
timut-barat pada waktu sebelum akhir
Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar sungkup lokal yang
menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian tertekan
melawati batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar Walanae dan di bagian barat pegunungan barat yang
berarah baratlaut - tenggara dan merencong, kemungkinan besar
terjadi oleh gerakan mendatar ke
kanan sepanjang sesar besar.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Gejala mineralisasi yang didapatkan di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat ialah sebagai berikut:
Sebuah urat kuarsa yang mengandung sulfida tembaga dan malakit
tersingkap pada sentuhan retas diorit di dalam batuan klastika Teos kira-kira 30 km sebelah timurlaut Camba. Hasil analisis oleh Direktorat Geologi
(197) memperlihatkan kandungan Cu,
11,19% dan Zn 1,58%. Ketul
mangan dengan kandungan MnO2,
20,39% yang berserakan di dekat sentuhan antara batugamping Temt dan batuan gunungapi
Tpv di daerah Birru, menurut hasil
penelitian PT Riotinto Bethlehen
Indonesia (1974) ternyata tudung besi petunjuk mineral logam dasar.
Kromit ditemukan dalam batuan ultrabasa di timur Barru dan di timurlaut Pangkajene, terutama pada bagian yang berlapis berupa lensa atau buncak. Tanah palapukannya mengandung apungan kromit. Analisis kimia apungan kromit dari baratlaut Tanetteriaja memperlihatkan kadar Cr2O3, 24.70% dan Fe, 13.47%. Di beberapa tempat kromit ditambang oleh perusahaan daerah.
Batugamping Formasi Tonasa dan lempung. Formasi Malawa digali di tenggara dan di timur laut Pangkajene, sebagian bahan dasar bagi pabrik semen Tonasa I dan Tonasa II. Batuan terobosan basal, trakit, diorit dan granodiorit yang ditemukan di beberapa tempat baik sebagai bahan bangunan fondasi.
Lapisan batubara ditemukan di beberapa tempat di dalam Formasi Malawa. Beberapa di antaranya telah ditambang selama dan sebelum perang dunia kedua. Eksplorasi minyak dan gas telah dilakukan oleh Gulf Oil Indonesian sejak tahun 1967 baik di daerah pantai maupun di lepas pantai. Tes pemboran di Singkang telah membuktikan adanya gasbumi di daerah itu.
Mataair panas dan mineral ditemukan di beberapa tempat, yang di antaranya mencapai temperatur 40o C. Analisis kimia air mineral percontoh dari utara Tanettariaja menunjukkan susunan utama dalam mg/liter: Ca2+, 206,5; CO2 bebas, 238,1; HCO3, 697,8; dan Cl, 116,0.
DAFTAR
REFERENSI/REFERENCES
Hooijer, DA. 1949. Plistocene vertebrates from Celebes. IV Archideskodon celebensit nov. Spec.; Zool. Meded. , DeelXX, No. 14, Leiden 1949.
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962. The raw
materials
for cement plant in the Tonasa - Baloci area on South Sulawesi; unpubl. rept GSI, No. 20/do.
Steiger, von H., 1915. Petrografische
beschrijying van eenege gesteenten uit
de onderafdeeling Pangkadjene en het landscap Tanette v/h Govt. Celebes dan
Onderhorighede; jaarb. Mijnw. Verh.,
pp. 171-227.
Sukamto. R, 1975. Geologic map of Indonesia, Sheet VIII Ujungpandang, scale 1 : 1,000.000; Geological Survey of Indonesia.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van belangrijkere geologische gegevens over Celebes; GL. A.
Raport No. 22575; unpubl. rent.
PERTAMINA.
t’Hoent, C. and K. Ziegler, 1917. Verslag ovede resultaten van geologisch -
Mijnbouwkundige verkenningen in Z.W.
Celebes; jaarb. Mijnw. Verb. II,
pp. 235-363.
van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of Birru
area, South Sulawesi; PT Riotinto Bethlehem
Indonesia, unpubl. rept.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar